Friday, 29 March 2013

Pulse Width Modulation (PWM)



Suatu gelombang kotak dengan suatu frekuensi tertentu biasanya memiliki jarak antara lebar puncak dan lebar lembah, misalkan saja 50% puncak dan 50% lembah. Apabila lebar antara puncak tersebut bergeser terhadap lembah semakin besar atau kecil maka hal tersebut dinamakan PWM (Pulse Width Modulation). Pada PWM saat terjadi pergeseran posisi lebar puncak dan lembah (duty cycle) maka tidak akan mengubah nilai frekuensi gelombang kotak tersebut meskipun lebar puncak dan lembah berubah.

Gambar pulsa gelombang diatas,  (a) menunjukkan gambar normal dari suatu

gelombang kotak dengan lebar puncak dan lebar lembah 50%. (b) menunjukkan
kenaikan lebar puncak. (c) menunjukkan penurunan lebar puncak.



Wednesday, 27 March 2013

Latihan Dasar PLC Membuat Flip Flop Dengan Timer

Pada umumnya untuk membuat sebuah aplikasi lampu flip flop dapat menggunakan transistor dengan bantuan kapasitor sebagai penentu waktu 'on' dan 'off'. Akan tetapi dalam perangkat yang pengoprasiannya menggunakan suatu program tertentu, aplikasi lampu flip flop ternyata dapat dengan mudah dibuat hanya dengan memanfaatkan fungsi timer sebagai pewaktu. Kalau pada mikrokontroler untuk membuat lampu flip flop hanya memanfaatkan jeda waktu atau delay untuk mengkondisikan on dan off suatu lampu. Tetapi bagaimanakah dengan PLC yang menggunakan diagram ladder. 

Pada PLC untuk membuat suatu program aplikasi lampu flip flop dapat memanfaatkan dua buah timer yaitu timer untuk waktu 'on' dan timer untuk waktu 'off'. Untuk keluaran dapat memanfraatkan kontak hasil dari salah satu suatu timer tersebut setelah selesai dengan batas waktu yang diberikan yang kemudian akan bergantian dengan timer yang lainnya. Kemudian masing-masing timer harus saling berkaitan sehingga saat batas waktu pergantian dapat mereset timer yang lainnya dan hal itu akan berlangsung secara berulang-ulang. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar contoh diagram ladder berikut ini:


Pastikan semua konfigurasi telah sesuai termasuk dengan inisialisasi timer. Pada program timer yang digunakan adalah timer 1 dan timer 2, masukan 000.01 merupakan pemicu untuk menjalanjan program timer pada diagram ladder dibawahnya dan akan aktif apabila berlogika '1'. Untuk keluaran cukup dengan memanfaatkan hasil dari salah satu timer yaitu timer 1 dengan memasangkan pada kontak Normally Open (NO) dan Normally Closed (NC) pada masing masing keluaran (out 1dan out 2) sehingga akan didapatkan suatu kondisi yang berbeda pada masing-masing keluaran. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut saat program dijalankan.

 Gambar PLC untuk aplikasi flip flop saat dijalankan.

Setelah dijalankan klik pada Normally Open (NO) masukan atau mulai dan berilah logika '1' agar proses berlangsung seperti gambar dibawah ini.

 Gambar lader flip flop saat keluaran 1 atau out 1 aktif

Gambar lader flip flop saat keluaran 2 atau out 2 aktif 

Pada masing-masing gambar tersebut terlihat bahwa masing masing timer akan saling bergantian dan dan saling mereset saat batas waktu yang diberikan pada timer tersebut habis.



Friday, 22 March 2013

Teknik Memasang Membran dan Spoel Loudspeaker Subwoofer Bekas

Pada posting kali ini akan dibahas mengenai teknik pemasangan membran pada loudspeaker khususnya jenis subwoofer. Pertama siapkan terlebih dahulu rangka loudspeaker bekas, pada kasus ini dipakai rangka bekas loudspeaker jenis subwoofer. Perbedaan yang paling menonjol pada loudspeaker woofer dan subwoofer yaitu diameter spoel lilitan email dan diameter lubang spoel lilitan email pada membran loudspeaker serta ukuran diameter dumper (mirip tempat obat nyamuk kuning dan cokelat). Pada ukuran untuk jenis loudspeaker subwoofer ukuran diameter tersebut akan melebihi dari ukuran loudspeaker woofer sehingga untuk ukuran (inchi) diameter loudspeaker yang sama antara woofer dan subwoofer biasanya memiliki tenaga yang berbeda dalam menggetarkan membran loudspeaker begutu pula dayanya. Sedangkan untuk impedansi loudspeaker tergantung pada kegunaannya untuk audio mobil atau untuk audio rumahan. Jika digunakan untuk audio mobil biasanya memiliki impedansi loudspeaker berkisar antara 4 sampai 6 ohm dan lilitan pada spoel yang digunakan juga diameter emailnya lebih besar dari pada diameter email untuk audio rumahan, sedangkan untuk audio rumahan biasanya impedansi loudspeaker berkisar antara 8 sampai 16 ohm.

Untuk impedansi 16 ohm biasanya digunakan pada loudspeaker berbentuk corong atau berbentuk kolom seperti yang digunakan di masjid dengan jarak antara loudspeaker dan power amplifier cukup jauh yaitu sekitar 10 sampai 50 meter, bahkan lebih sehingga sering digunakan transformator untuk menyesuaikan impedansi antara loudspeaker dan power amplifier untuk transmisi sinyal dengan meninggikan tegangan amplitudo (mirip dengan sistem transmisi listrik jarak jauh). Selain itu ada pula sistem loudspeaker yang menggunakan spoel ganda sehingga bisa kita konfigurasi impedansi untuk 4 atau 8 ohm dengan menghubungkan masing-masing spoel secara seri atau paralel.

Setelah memahami  penjelasan diatas selanjutnya bila rangka loudspeaker ukuran 10" (diameter 10 inchi)  sudah siap seperti pada contoh gambar maka yang perlu dilakukan adalah membuang semua membran yang lama kecuali dumper bila masih baik dan membersihkan semua kotoran terutama debu dan pasir baik pada rangka sampai pada lubang spoel pada magnet.

Gambar rangka loudspeaker ukuran 10" yang sudah dibersihkan tampak belakang dan samping.

Setelah dibersihkan maka kita perlu memikirkan kegunaan loudspeaker nantinya, akan digunakan untuk audio mobil ataukah untuk audio rumahan. Karena pilihan tersebut akan menentukan jenis ukuran diameter email dan banyaknya lilitan email pada spoel. Pada kasus ini dipilih spoel yang akan digunakan untuk audio rumahan sehingga biasanya dapat digunakan spoel loudspeaker ukuran 15" mengingat pada loudspeaker subwoofer ini memerlukan diameter yang lebih besar sesuai ukuran aslinya. (Sedikit informasi berdasarkan survey yang sudah saya lakukan bahwa jika anda mencari jenis spoel untuk impedansi 4 ohm agar dapat digunakan di audio mobil mungkin sedikit sulit untuk ditemukan dan jarang tersedia di toko elektronika).

Gambar spoel untuk loudspeaker ukuran 15" dan ring loudspeker ukuran 10"

Selanjutnya untuk membran loudspeaker subeoofer 10" dapat menggunakan membran loudspeaker woofer dengan sedikit memodifikasi diameter ukuran lubang spoelnya supaya pas dengan ukuran spoel loudspeaker 15". Untuk tutup spoel dapat digunakan tutup spoel untuk loudspeaker woofer ukuran 12".

Gambar membran loudspeaker woofer 10" dan tutup spoel untuk loudspeaker woofer 12"

Setelah semua bahan telah ditentukan maka langka pertama yaitu memasang spoel pada dumper yang sudah terpasang pada rangka loudspeaker subwoofer. Spoel dimasukkan dengan hati-hati jangan sampai rusak atau tertekuk. Untuk memudahkan biasanua dilakukan dengan memasukkannya secara sedikit miring dan sedikit diputar. Apabila sudah masuk ke dalam lubang dumper maka sedikit ditekan supaya dapat masuk pula ke dalam lubang magnet. Jarak masuk spoel pada magnet tidak boleh terlalu dalam dan terlalu keluar dari magnet, kira-kira 2/3 bagian spoel (dilihat dari email kuning pada spoel) harus tertanam didalam lubang magnet dan 1/3 bagian spoel berada diluar magnet. Sehingga nantinya didapatkan hasil yang optimal saat spoel bergetar keluar dan masuk dari magnet karena hasil kualitas suara yang baik sangat dipengaruhi pada pemasangan spoel ini dengan jarak yang tepat. Setelah terpasang dengan jarak spoel yang sesuai dengan magnet periksalah apakah saat spoel sedikit dinaikkan dan diturunkan terjadi gesekan ataukah tidak, jika masih terjadi suara gesekan maka aturlah kembali spoel (kiri, kanan, atas dan bawah spoel) agar didapatkan suara gesekan sekecil mngkin tanpa merubah jarak spoel disekitar magnet tersebut. Setidaknya carilah gesekan sekecil mungkin, jika memang tidak ada gesekan saat spoel sedikit digerakkan naik dan turun itu lebih baik, hal itu berarti kualitas spoel dan tingkat kebersihan lubang magnet (dari kotoran debu atau pasir) sangat baik.

Gambar disamping adalah salah satu cara untuk memeriksa gesekan antara spoel yang terpasang. Gesekan antara spoel dan magnet pada loudspeker akan sangat terasa saat spoel digerakkan akibat adanya kotoran atau posisi yang kurang pas. Oleh karena itu atur posisi spoel dengan sesuai dan jangan gunakan lem terlebih dahulu jika masih didapatkan posisi yang belum sesuai.




Apabila posisi spoel telah sesuai maka dapat digunakan lem untuk merekatkan antara dumper dan spoel. Lem yang digunakan tidak boleh menggunakan lem yang bersifat sangat encer karena malah dapat merusak sebab lem yang cair tersebut akan masuk di sela-sela spoel dan dumper hingga sampai ke magnet yang mengkibatkan semuanya terkunci dan tidak dapat digerakkan karena lem tersebut. Gunakan lem yang sdikit kental dan ratakan di seluruh permukaan kontak antara spoel dan dumper.

Gambar disamping merupakan proses yang dilakukan untuk merekatkan antara spoel dan dumper dengan lem yang tidak terlalu cair. Mungkin lem yang tidak terlalu cair tersebut akan memerlukan waktu yang lebih lama daripada lem yang cair yaitu kurang lebih 6 jam atau lebih. Tetapi lebih efektif untuk mencegah kerusakan akibat merembesnya lem ke dalam magnet.Jika lem sudah mengeras dalam waktu 6 jam atau lebih maka dapat dicek kembali gesekan antara spoel dan magnet, kali ini dengan gerakan sedikit jauh dari sebelumnya.


Jika masih tetap sama seperti semula berarti proses berjalan dengan baik dan dapat langsung dilanjutkan ke langkah selanjutnya. Bila ada sedikit gesekan maka masih dapat dilakukan pembersihan pada sela-sela spoel dan magnet serta penataan posisi pada membran speaker. Tetapi bila gesekan malah bertambah keras berarti perlu dilakukan penataan ulang spoel.





Langkah selanjutnya yaitu dengan pemasangan membran woofer pada loudspeaker kali ini cara memasukkan membran hampir sama dengan cara memasukkan spoel ke dumper, yaitu dengan sedikit miring dan memutar. Bila sudah masuk maka aturlah posisi membran supaya berada di tengah dengan melihat ujung ujung membran karet di pinggir sekeliling loudspeaker. Jika sudah berada di tengah maka dapat diberi lem antara tengah membran dan spoel serta tunggulah kembali sampai mengering.

Setelah lem kering jangan lupa bagian bawah membran juga diberi lem secara merata. Sambil menunggu lem pada bawah membran kering sekitar 3 jam dapat dilakukan pengecekan dan penataan pergerakan  membran naik dan turun. Carilah posisi saat pergerakan membran naik dan turun tidak ada gesekan sama sekali. Jika posisi saat membran digerakkan tidak terjadi gesekan didapatkan berarti nantinya loudspeaker dapat bergetar dengan sempurna dan tanpa terdengar suara cacat akibat gesekan saat membran bergetar keras.


Jangan lupa untuk membuat dua buah lubang untuk penghubung ujung terminal spoel. Berilah kabel tembaga elastis atau sering disebut kabel tali emas speaker, bila tidak ditemukan bisa gunakan kabel serabut biasa yang sedikit tebal dan banyak yang dipilin / disatukan untuk menghubungkan ujung email spoel dan terminal kontak untuk loudspeaker (disolder).

Selanjutnya pemberian lem merata di sekeliling membran luar tepat dikaret kontak dengan sekeliling rangka loudspeaker. Ini proses final yang menentukan pergerakan membran mulus atau tidak. Maka sambil menunggu lem kering dengan posisi membran luar yang masih bisa sedikit digeser cari posisi sebaik mungkin tanpa gesekan dengan menggerakkan membran naik dan turun sambil menggeser posisi bila belum didapatkan posisi yang sesuai. Bila posisi sudah sesuai maka segera tekan, supaya lem lebih kuat merekat.


Setelah semuanya selesai maka ring membran dan tutup spoel dapat dipasang dengan lem dan siap dilakukan pengujian.

Ring pada loudspeaker tersebut dapat dipasang untuk menjaga agar loudspeaker tetap merekat sempurna meskipun terjadi getaran yang cukup kuat.

Berikut ini video pengujian loudspeaker.



Semoga pengalaman ini bermanfaat.......

Thursday, 14 March 2013

Latihan Dasar PLC Gerbang Logika AND dan Gerbang Logika OR

Pada PLC dapat kita buat suatu logika gerbang dasar seperti gerbang logika AND dan gerbang logika OR. Prinsip dasar PLC sebenarnya adalah sebuah relay yang memanfaatkan Normally Open (NO) dan Normally Closed (NC). Oleh karena itu dalam pembuatan program PLC harus mengerti kapan kita menggunakan Normally Open dan kapan menggunakan Normally Closed dalam memberikan masukan pada suatu program. Sebelumnya telah dibahas tentang latihan untuk membuat program input dan output pada PLC. Maka kali ini akan sedikit dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan memanfaatkan diagram ladder untuk membuat suatu gerbang logika dasar AND dan OR. 

1. Gerbang Logika AND
Untuk membuat gerbang logika AND akan menggunakan kontak masukan dengan Normally Open (NO) yang disusun pada model diagram ladder secara seri. Oleh karena itu silahkan buka software cx-programmer dan buatlah program baru serta lakukan penyetelan untuk simulasi agar terkoneksi dengan cx-designer. Kemudian buatlah suatu diagram ladder gerbang logika AND dengan 4 buah masukan dan sebuah keluaran untuk membuktikan bahwa keluaran akan aktif berlogika '1' jika semua masukan berlogika '1' seperti gerbang AND pada umumnya. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut:

Gerbang AND dengan 4 masukan.

Latihan Dasar PLC Input dan Output

PLC merupakan salah satu perangkat yang paling berperan penting dalam dunia industri dan sudah menjadi standar dalam menjalankan perangkat-perangkat ataupun kontrol instrumen dalam industri. Selain mudah dalam instalasi, PLC juga terkenal lebih stabil karena PLC merupakan perangkat kontrol yang sudah terintegrasi berupa suatu modul I/O (input dan output). Pada PLC tiap seri memiliki jumlah I/O yang berbeda pula tergantung dengan kebutuhan.
 
Pada kali ini akan dibahas mengenai konsep dasar dalam pengoperasian sebuah PLC menggunakan software cx-programmer. Sebuah program untuk menjalankan PLC dapat dibuat menggunakan cx-programmer dengan bantuan diagram ladder atau diagram tangga. Sehingga agar dapat menggunakan cx-programmer harus menguasai terlebih dahulu tentang diagram ladder. Bagi yang belum mengerti dapat dibaca terlebih dahulu artikel sebelumnya tentang pengenalan PLC.

Software cx-programmer untuk menjalankan hasil dari program yang telah dibuat harus terkoneksi dengan modul perangkat PLC setelah dilakukan compile program, karena program harus diisikan terlebih dahulu ke dalam PLC (transfer to PLC) sehingga alur program yang telah dibuat akan ditandai dengan suatu jalur yang berwarna hijau jika program diagram ladder dijalankan dengan terkoneksi PLC (pada mode PLC on-line) Namun jika tidak memiliki perangkat modul PLC yang akan dipakai dapat pula dilakukan melalui simulasi dengan cx-designer. Mungkin bagi yang belum mengenal lebih dalam tentang cx-programmer akan bingung, karena sebenarnya cx-programmer merupakan bagian dari suatu software yang dinamakan cx-one. Jadi cx-programmer merupakan bagian kecil dari cx-one yang didalamnya masih tersimpan fitur-fitur pendukung lain seperti cx-designer, cx-simulator, cx-motion, cx-proces tool dan sebagainya. Akan tetapi cx-programmer dapat di-instal terpisah dari cx-one jika tidak memerlukan suatu simulasi program diagram ladder, untuk lebih jelas dapat dilihat gambar dibawah ini.


Pada cx-programmer dapat terlihat tool dan icon shortcut yang dapat memudahkan dalam penggunaan software tersebut. Sehingga saat pengoperasian suatu program akan sangat membantu dan mempercepat jalannya program dengan memanfaatkan tool dan icon yang tersedia dalam lembar kerja.


Latihan Dasar PLC Timer dan Counter

Timer dan counter merupakan salah satu hal yang wajib dalam suatu perangkat kontrol, apalagi bila digunakan untuk menjalankan mesin dan melakukan perhitungan jumlah item yang akan diproses lebih lanjut. Pada umumnya sebuah modul PLC telah dilengkapi dengan beberapa buah timer dan counter yang dapat kita pakai dengan memberikan suatu perintah khusus. Misalnya jika kita akan memanggil suatu timer maka perintah yang kita tulis cukup ditulis:

TIM 001 #200

Perintah tersebut artinya kita memanggil fungsi untuk timer 1 dengan memberikan nilai sebesar 200 yang artinya waktu timer sebesar 20 detik. Setelah timer 20 detik maka T0001 akan aktif yang mungkin dapat kita hubungkan dengan kontak Normally Open atau Normally Closed. Sebaliknya jika kita akan memanggil fungsi counter maka perintah yang ditulis adalah:

CNT 001 #20

Perintah tersebut berarti kita memanggil fungsi untuk counter 1 dengan memberikan jumlah counter sebesar 20. Setelah jumlah counter 20 maka C0001 akan aktif yang mungkin dapat kita hubungkan dengan kontak Normally Open atau Normally Closed. Besarnya counter tersebut dapat kita reset kembali dengan memberikan logika '1' pada reset counter.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut:

1. Timer PLC
Buatlah suatu diagram ladder seperti pada gambar berikut beserta nilai-nilainya dan keterangan yang memudahkan untuk pembacaan:

Diagram ladder untuk timer pada PLC

Untuk yang memerlukan kode manemonik PLC untuk timer pada diagram ladder diatas dapat dituliskans ebagai berikut:

LD        00001
TIM      0001         #200
LD        T0001
OUT     01001
END

Mengenal Power Amplifier Sistem OTL, OCL dan BTL

Bagi para penggemar elektronika yang memiliki hobi dengan audio sound sistem mungkin tidaklah asing dengan istilah-istilah seperti OTL, OCL dan BTL pada suatu perangkat Power Amplifier. Namun, ternyata masih banyak yang kurang mengerti akan perbedaan pada masing-masing istilah pada sistem amplifier tersebut.

Power Amplifier merupakan suatu rangkaian penguat yang di dalamnya terdapat gabungan dari suatu rangkaian penguat tegangan dan penguat arus. sesuai dengan istilahnya yaitu Power Amplifier atau disingkat PA yang artinya penguatan daya, sesuai dengan persamaan Daya (P) yang menyatakan bahwa suatu daya nilainya adalah hasil kali antara tegangan (V) dan arus (I). Maka untuk mendapatkan suatu daya atau Power maka dua hal pokok yang perlu diperhatikan adalah arus dan tegangan, sehingga pada power amplifier ini untuk menentukan besarnya daya (Watt) pada perangkat power amplifier maka yang diperhatikan adalah rangkaian penguat tegangan dan rangkaian penguat arus.

Pada umumnya pada suatu rangkaian power amplifier, rangkaian penguat arus selalu berada di bagian paling akhir dari rangkaian setelah melewati rangkaian penguat tegangan. Hal ini agar sinyal dari suatu gelombang yang diterima pada rangkaian power amplifier mengalami penguatan terlebih dahulu oleh rangkaian penguat tegangan yang biasanya menggunakan suatu op-amp dengan penguatan tertentu atau dapat juga menggunakan transistor dengan arus dan daya rendah agar lebih sensitif terhadap sinyal gelombang masukan, sehingga setelah dikuatkan tegangan menjadi lebih besar beberapa kali lipat namun arusnya masih sangat kecil dan belum mampu untuk menggerakkan membran loudspeaker yang biasanya memiliki impedansi (4, 8 atau 16 ohm) oleh karena itu harus dikuatkan terlebih dahulu dengan suatu rangkaian penguat arus oleh transistor yang komplemen (kombinasi PNP dan NPN) dengan arus dan daya besar. Seperti halnya juga pada transistor penguat arus 2N 3055 yang digunakan pada suatu rangkaian regulator tegangan (misal: 7805) untuk mendapatkan tegangan 5 volt dengan arus yang melebihi dari batasan kemampuan dari arus IC regulator tersebut.

1. Power Amplifier OCL (Output Capasitor Less)

Power amplifier model OCL pada umumnya biasa dipakai untuk keperluan dengan daya yang sangat besar, karena pada power amplifier OCL ini didukung oleh catu daya atau power supply simetri V(+), V(-) dan Ground (0). Salah satu ciri yang paling penting pada power amplifier model ini adalah salah satu ujung beban pada keluaran atau output pada rangkaian power amplifier ini terhubung dengan CT transformator atau sumber tegangan sebagai titik simpul atau titik tengah dari suatu gelombang yang akan dihasilkan. Sehingga pergerakan amplitudo gelombang akan menuju V(+) dan V(-) melewati CT transformator sebagai ground dan titik tengah dari amplitudo gelombang tersebut.

Gambar power amplifier model OCL

2. Power Amplifier OTL (Output Transformator Less)

Power amplifer model OTL merupakan salah satu model power amplifier yang digunakan untuk daya kecil sampai daya sedang tidak lebih dari 100 Watt. Mungkin dahulu masih ada yang menggunakan power amplifier model OTL ini untuk perangkat sound sistem, tetapi untuk saat ini sudah jarang sekali digunakan. Akan tetapi saat ini tetap masih banyak digunakan pada beberapa perangkat elektronik untuk penghasil suara dengan daya kecil seperti televisi, radio, laptop, bahkan handphone yang kita gunakan setiap hari juga menggunakan tipe power amplifier OTL untuk penguat audionya. Salah satu ciri dari model power amplifier tipe OTL ini adalah dari catu dayanya atau power supply yang digunakan adalah non-simetri sehingga cukup menggunakan catu daya baterai (pada kutub + dan -) atau adaptor dengan V(+) dan ground (0). Akan tetapi pada keluaran atau output pada power amplifier ini biasanya haruslah diberi coupling atau penghubung oleh sebuah kapasitor dengan ukuran yang cukup besar diatas 1000uF dan biasanya dipakai kapasitor berjenis elco polar. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan offset (DC) pada keluaran karena mengingat catu daya yang digunakan adalah catu daya non-simetri sehingga mengakibatkan amplitudo gelombang pada keluaran yang dihasilkan tidak memiliki titik simpul atau titik tengah pada tegangan 0 volt jika tidak diberi oleh kapasitor polar elco sebagai coupling. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kawat email pada lilitan speaker karena tegangan DC yang keluar dari power amplifier dapat membuat kawat email menjadi cepat panas dan terbakar seperti layaknya elemen pemanas yang menggunakan tegangan DC. Maka dengan memanfaatkan sifat kapasitor sebagai penyimpan dan pembuang muatan maka tegangan offset keluaran (DC) pada power amplifier model OTL ini dapat diredam dan titik simpul dari amplitudo gelombang akan tetap berada pada 0 volt dengan bantuan kapasitor. Sehingga titik puncak V(+) dan lembah V(-) amplitudo gelombang dapat dicapai dengan memanfaatkan penyimpanan dan pembuangan dari kapasitor dengan ground (0 volt) sebagai titik tengahnya.

Gambar power amplifier model OTL

3. Power Amplifier BTL

Pada power amplifier model BTL (Bridge-Tied Load) ini dapat dibuat dengan mengkonfigurasi dua buah power amplifier model OCL atau dua buah power amplifier model OTL menjadi suatu model power amplifier menyerupai rangkaian jembatan.

Gambar power amplifier model BTL yang dibentuk dari 2 buah OCL